Tak pernah kudapat yang terindah,
Apa karna ku tidak sempurna?
Selalu saja ku yang salah.
Dan akhirnya aku yang menderita.
(Sendiri Lagi - Blink)
📞🗝️
Yang paling utama dalam suatu hubungan, adalah komunikasi.
Namun, lagi lagi itu tidak kudapatkan dari dirinya.
Aku benar benar tidak mengerti, mengapa harus serumit ini.
Tak ada pesan, tak ada telepon.
Apa?
Apa yang dicari?
Komunikasi itu kunci.
Agar hubungan yang kita jaga, bisa baik baik saja.
Tapi nyatanya, tak ada komunikasi diantara kita. Aku menunggu. Terus menunggu. Menunggu kabar darimu, seseorang yang kurindu.
Berharap kau baik baik saja disana,
Memikirkanmu sedang melakukan apa.
Semua itu membuatku frustasi.
Mengapa harus begini? Sesulit itukah memberiku kabar.
Seperti,"Hai, aku sedang makan siang."
Atau, "Aku sudah sampai di tempat kost."
Hanya seperti itu, hal hal kecil yang ingin kudengar.
Agar aku tahu, bahwa kamu baik baik saja.
Aku menyadari, hubungan kita bukan hubungan anak anak lagi. Masing masing sudah dewasa dan mengerti apa yang harus dan tidak harus dilakukan.
Tapi, apa aku harus selalu menunggu kamu mengabariku? Kalau pada akhirnya itu sulit, bagaimana?
Memikirkannya saja membuatku kesal, kuharap ini tidak berkepanjangan. Mungkin kamu memang sibuk dan sulit memberi kabar. Mungkin.
Dan kuharap, kemungkinan kemungkinan buruk tidak terjadi. Apalagi di tengah tengah hubungan ini.
Beberapa hari memang cukup untuk intropeksi diri, bukan untuk memaki diri sendiri, tapi untuk mencari letak kesalahannya.
Aku tak begitu mengerti, kenapa rasanya jadi begini?
Mengingat dulu kau begitu antusias mengirimiku pesan whatsapp.
Kau berlari disaat aku terjatuh, kau menemani disaat ku sendiri.
Lalu? Mana sisi mu yang dulu?
Mengapa sekarang semua berbeda?
Tak ada lagi larian darimu saat aku terpuruk, tak ada lagi dirimu yang menemani kesendirianku.
Lagi lagi aku terjatuh, sendirian.
Kasih, bagaimana bisa berubah secepat ini?
Muak dengan menjalin hubungan denganku? Maka hentikanlah. Hubungan ini.
Aku lelah, setelah harus bersandiwara bahagia. Aku harus berpurapura tertawa juga?
Sungguh tak habis pikir, hubungan macam apa yang menyiksa begitu dalam seperti ini?
Apa kau baik baik saja? Mengingat aku begitu tersiksa, apa kau juga merasa sama?
Ah sudahlah.
Ayolah, menunggu kabar membuatku berdebar. Harus senang atau marah saat akhirnya kau mengabari, aku begitu bingung.
Dan lagi lagi, tidak seperti biasanya aku begini.
Menaklukan laki laki sudah sering kulalukan, tapi dirimu? Berbeda. Tak ada yang bisa menaklukan dirimu selain dirimu sendiri.
Aku hanya butiran debu yang siap diterjang angin kapanpun kau menghembuskannya.
Aku bagaikan kulit pisang yang akan kau buang setelah berhasil mengupas dan memakan pisangnya.
Hentikan.
Mengapa main bagai bagaikan.
Hahahaha..
Aku bercanda lagi,
Padahal hati ini begitu lirih.
Menunggu,
Menanti,
Kabar yang tak jua datang, darimu sang penakluk pedang.
Penakluk pedang apa? Pedang cinta yang kau hunuskan tepat di hadapanku.
Berhasil mengoyakkan jiwa dan raga, yang membuatku begitu terpana.
Oleh keagungan dirimu, sang pujangga.
Sudahlah,
Aku menanti,
Jangan lupa mengabari.
🥱🥱
Komentar
Posting Komentar