Langsung ke konten utama

Diary, 17 - Seseorang Di Dekatnya


Kupikir ia masih sendirian.
Ternyata hatinya sudah beriringan.

Kupikir aku akan menjadi tuan putri nya,
Ternyata hanya dijadikan tempat bertanya.

πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€

Patah hati tidak memilih siapa targetnya.
Patah hati jatuh pada siapapun yang hatinya bisa dipatahkan.

Seperti aku.

Semalam kulihat kau online,
Berkelana di media sosial Instagram,
Meng-upload 2 foto beserta caption penunjang.

"Jika ada masalah, yang di putus masalah nya. Bukan hubungannya." Katamu, dalam caption itu.

Kuharap kau baik baik saja,
Seperti aku sekarang,
Ah, apa iya aku baik baik saja?
Oke lupakan.

Ada ber kalimat kalimat yang kau katakan dalam foto itu, yang sangat menunjukkan bahwa kau begitu terluka dan kecewa.

Kasih, aku disini. Siap menjadi seseorang yang kau butuhkan untuk meluapkan keluh kesah. Aku disini, menunggu kau mengabariku. Seperti kau sebelumnya.

Sepertinya, kebahagiaan memang tidak berpihak pada kita berdua. Kau sangat sibuk mencintainya. Sedangkan aku? Mendamba hal yang tak jua mendambaku.

Apakah jatuh cinta memang seperti ini?
Penuh dengan duka dan derita?

Kuharap tidak.

Sebenarnya, dirimu itu maunya apa?
Datang padaku setelah sekian lama.
Kembali lagi dengan membawa luka dan sambat.

Kau tidak bisa memaksa seseorang menjadi seperti apa yang engkau mau. Orang lain memiliki karakter dan keunikan yang berbeda beda.

Kukira, obrolan kita semalam sejenak menghentikan kerisauan dan kekhawatiran mu.
Ternyata, tidak ya.
Sampai pagi tiba, kau masih memikirkan hubunganmu dengan ia yang kau cinta yang sepertinya sudah tidak bisa diselamatkan lagi.

Sepertinya,

Dan,

Kuharap memang begitu.

Mencintaimu menjadi pilihanku pada akhirnya,
Sudah kupikirkan matang matang,
Apa resikonya, bagaimana jika nanti kau tidak juga mencintaiku. Sudah. Dan, kumohon untuk tidak menambah jika jika yang lain.

November ini menjadi hujan,
Disertai petir dan getir.

Aku hujan hujanan,
Menangis tidak bisa diam,
Sambil memikirkanmu dalam-dalam.

"Sana keluar. Hujan-hujanan saja. Menangis juga tidak apa apa. Justru orang lain tidak akan menghiraukanmu." Katamu, semalam.

Kau mengajakku pergi pagi ini,
Mengingatkanku akan perjalanan terakhir kita,

Aku sudah bersiap-siap,
Menunggu kau berkata "otw"
Dengan percaya diri aku berkaca pada cermin,
Membayangkan bagaimana jika wajahku tibatiba memerah ketika hatiku kau panah.

Semalam aku tidak bisa tidur,
Memikirkan apa saja yang akan aku lakukan pagi ini, bersamamu.
Berjalan bersama,
Beriringan,
Bercanda dan tertawa,
Membahas hal yang serius—mengenai kita—atau yang lain, tidak masalah.
Kemudian aku lagi lagi mencuri momen untuk memotretmu,
Dari samping,
Belakang,
Depan,
Dan dari segala sudut.

Lalu saat aku pulang, kucuci fotomu dan kutaruh di dompetku.

Seperti fotomu yang sudah ada di dompetku.

Ah, andaikan bisa sebahagia itu.

Rasanya tidak mungkin,
Tidak mungkin lagi lagi aku jatuh cinta padamu.
Bukan perihal cinta nya,
Tapi mengenai dirimu yang sudah tidak pernah lagi bertanya.

Kau begitu rapuh semalam,
Memberiku sederet kalimat curhatan,
Berharap aku membalas tanpa hati tergoreskan,
Padahal saat ini pun,
Aku hanya bisa mematung.
Menatap diriku yang hatinya sudah tergantung.

"Jangan menjadi budak cinta, fokus menulis saja." Katamu,

Baiklah.

Aku tidak akan pernah menjadi Bucin—budak cinta.

Tapi tetap saja aku Bucin—butuh cinta.

Bagaimana rasanya sekarang?
Sudah baikan?
Mengingat hari ini aku tidak melihat postingan postingan puitismu.

Apakah ia yang kau cinta akhirnya berhenti memberi luka?

Dan? Kamu, melemparnya padaku.

Aku begitu terluka, disini.

Melihatmu yang ternyata bahagia,
Sangat bahagia,
Tanpa aku dalam bagiannya.

Kuharap kau memberiku waktu,
Untuk mempersiapkan hal hal baru,

Seperti, aku—yang pada akhirnya—akan—    bersamamu?

Mungkin,

Ya,

Semoga saja.

🎐

π’œπ“π’Ύπ“π’Άπ’½π“ˆπ’½ // Nov|04.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary, 35 - Ayah

  Ayahh.. Maaff.. Cuma kata maaf yang saat ini bisa teteh utarain, maaff yah. Teteh belum bisa jadi anak yang berbakti buat ayah, teteh belum bisa meringankan beban ayah. Maaf.. Yah, teteh cape. Pada akhirnya teteh bisa ngerasain apa yang ayah rasain dulu, harus berjuang demi keluarga ini. Yang jalannya ga mudah, berliku liku bahkan berjurang yang berkali kali harus jatuh dan jatuh lagi.  Yah, maaf. Teteh belum bisa jadi anak yang membanggakan ayah, maaf teteh belum bisa bahagiain mama, maaf teteh gabisa jagain mama. Maaf teteh gabisa jagain Ija. Maaff..  Maaff.. Saat ini, teteh udah berusaha semaksimal mungkin, supaya hidup keluarga ini ngga lagi di hina orang. Ngga lagi diremehin orang. Ngga lagi di pandang sebelah mata. Terima kasih yah, udah ngajarin teteh untuk terus belajar dan belajar, belajar gimana harus jadi anak perempuan pertama yang bahagiain keluarga ini. Membawa keluarga ini jadi lebih baik. Teteh selalu bersyukur bisa jadi anak ayah, anak ayah yang ayah an...

Diary, 34 - The Ending Vol.2

  Wkwkwkwk, lanjuttt. Gua fikir kan emang ceritanya kaya cerita² di wattpad gitu kann, tp ternyata ngga ya. Malem itu lu akhirnya ngasih jarak diantara kita dgn lu jawab kalo lu ga ada perasaan sedikitpun buat gua. It's ok walaupun hati gua ga begitu ok dengernya wkwk. Jadi, malem itu gua memutuskan buat berhenti sampe situ aja krn memang ternyata kita gabisa bareng. Gua terlalu berharap banyak dr kisah suram antara kita bertiga ini Way, hehe. Jadi, malem itu gua udh ambil keputusan utk jauhin lu aja. Dan balik spt Ica biasanya di 6 bulan terakhir pada saat itu. Dan ending dr cerita lu sama dia pun, ga selesai malem itu juga. Jadi harus butuh waktu lebih lama buat nyelesaiin semuanya sampe bener bener clear. So, kemungkinan nya ya sangat sedikit buat gua masuk disana. Malem itu, di tengah² kota dan ditemenin rintik² hujan turun, kita bertiga kalut sama emosi masing masing. Jujur, ego gua tinggi bgt dan pengen bgt sekali aja denger lu ngebela gua didepan dia. Tp yaudah terima aja ap...

Diary, 33 - The Ending

If you're gonna treat me right I'll take you to heaven every night But, God forbid, you leave me by myself I'll take you to hell, take you to hell. Ava Max - Take You To Hell ❤‍πŸ”₯ Sampe juga kita di ending cerita ini, cerita dimana seorang Ica ketemu sama cowok yang bisa treat dia like a queen dan bikin dia mati rasa sekaligus. Ya. Ini endingnya. Apa yang kalian harapin dari cerita ini? Ending yang gimana yg harus gua tulis? Berdasarkan fakta? Atau mau gua karang cerita dan sesuai fantasi gua? Hahahah. Ngga lah. Kita tulis sesuai fakta yaa. Apapun hasilnya. Gimanapun keputusannya. Itu yang akan gua tulis disini. Karna cerita ini, akan gua baca suatu saat nanti. Buat mengingatkan gua betapa penuh lika liku nya masa muda gua wkwkwk. Kita mulai nih? ... 29 November 2021. Gua memberanikan diri buat ngechat dia duluan, kenapa? Jujurrrrr pake bgt, sebenernya gua sering bgt pengen ngechat dia. Tapi ga pernah berani krn ngerasa freak dan murahan aja gt wkwkwk. Ngga ngga, krn ngeras...