Langsung ke konten utama

Diary, 08 - Kemudian Teringat


Sempat berfikir bahwa aku memang benar benar mencintai tanpa dicintai.

Merasa bahwa hanya aku yang berjuang dalam hubungan ini.

Dan kemudian, teringat..

Bahwa kamu,

Sesekali membuatku tersenyum.

Dengan sedikit yang kau tahu,
Namun berharga untukku..

Untuk itu,

Mari membicarakan nya..

🌻🌻🌻

Jum'at, 14 Juni 2019. 10.43 wib.

Pagiku terlihat begitu cerah hari ini,

Kereta melaju begitu lambat ke Purwakarta.

Aku ingin menikmati matahari pagi,

Namun sayangnya,

Langit sedang bersedih saat ini.
Mungkin ia menantimu..

Mungkin..

Ingin sedikit bercerita, 

Sejujurnya aku tak pernah naik kereta,
Kereta pulang kampung loh,

Rasanya ya berbeda.

Sedikit mengingatkanku akan dirimu,

Dimana aku begitu sering naik kereta Commuter,
Merasa nyaman,

Sedangkan saat menaiki kereta ini,
Bokongku lemas,
Pegal ternyata, 

Hehe..

Berbeda.

Tapi,

Sama.

Bagaimana ya menjelaskan nya?

Ah, kalian simpulkan saja sendiri.
Bokongku masih pegal.

Ayo kembali,

Membicarakan dia yang tak peka peka,

Seperti nya sebentar lagi langit akan menumpahkan tangisnya,

Tapi sepertinya juga,
Tidak jadi :D

Karna tiba-tiba matahari terang benderang,

Eh, aku melihat sebuah sekolah
Dikelilingi sawah sawah,

Sekolah itu tepat di tengah,

Aku kembali teringat padamu,

Yang begitu mencintaiku saat aku masih sekolah,
Di bangku SMP saat itu,

Perjalanan ku hari ini pun banyak mengingatkanku akan dirimu,

Pernah saat itu,
Aku pulang ke kampung halaman,

Berapa hari ya?

Aku lupa.

Namun hari itu,
Sinyal disana tak begitu baik,

Sesekali aku mengecek ponsel,
Melihat kau mengirim pesan dari Jakarta,

"Ica, aku rindu" katamu,

Ah, aku jadi malu 

Itu sudah bertahun tahun lamanya,

Dan waktu itu juga,
Aku mendapat notifikasi dari twitter,

Kau membuat tweet,
Lalu menggunakan fitur tag,
Kemudian kau sematkan akun ku disana.

Tapi lagi lagi aku tak bisa melihat dengan lancar isi tweet mu,
Karna sudah kubilang kan sinyalku tak stabil disana.
Sayang,

Aku merindukanmu..

Berharap kau membaca ini,
Sambil mengingat,

Bagaimana kau memberiku cinta sampai sedalam itu.
Kemudian, aku tak bisa melupa.
Sampai sekarang.

Aku rindu suasana kampung,
Semoga waktu mengizinkan ku untuk bermain disana,
Semoga.

Matahari masih terang benderang,
Menyinari bumi yang sudah tak tenang,

Manusia berkelana kesana kemari,
Mencari uang,
Dan mengabdi.

Aku rindu hari hariku bersamamu, dulu.

Pernah sempat aku membayangkan,

Berada di sebuah bus,
Menikmati kesendirian,

Namun kemudian,
Aku melihat bayangmu,
Eh bukan bayang,
Bahkan itu raga mu,

Berdiri di hadapanku,
Bersama 2 teman mu,
Tertawa saat bercerita,

Lalu kemudian,
Kau menengok,
Menatapku,
Matamu membulat,

Lalu,
Kembali seperti biasa,

Kau memalingkan wajahmu,
Mencari arah yang tak kupandangi,

Kemudian aku tersenyum,
Dan menyatakan hatiku,
Terluka lagi padamu.

Kasih, kali ini aku membayangkan
Di musim hujan saat itu,
Dalam sebuah kafe,

Aku duduk dengan laptop dan buku kesayanganku,
Menulis sesuatu yang masih tentangmu,

Lalu terdengar di pojok sana,
Seseorang menepuk bahu teman nya,

Aku masih fokus dengan tulisanku,
Lalu tibatiba seseorang menghampiri,

Menjabat tangan ku,
Menanyakan kabar,
Melempar senyum termanis yang tak pernah aku bayangkan.

Lalu, menyodorkan sebuah undangan.
Undangan pernikahan.

Dan tertulis disana, 
Namamu, dan dia yang kau cintai.

NAMAMU.

Hanya sebuah bayangan,

Bagaimana nantinya aku melihatmu akhirnya menikah.

Aku teringat lagi akan sesuatu,
Saat itu umurku tepat 15 tahun,

Seperti biasa,

Aku berangkat sekolah pagi pagi sekali,

Mengingat ini adalah hari spesial,
Senyumku terurai begitu lebar,

Terlihat begitu bahagia,

Lalu, sahabat ku datang ke kelas
Menyodorkan sebuah kotak berwarna maroon,

Aku berterima kasih,
Namun, apa jawabannya?

"Ini bukan dari aku" katanya,

Lalu, aku bertanya
Darimanakah asal nya?

Dia hanya mengatakan,

"Kau tahu. Dan orang itu memintamu tak membuka nya disini. Memintamu agar tak banyak orang yang tahu"

Aku tersipu,
Membayangkan apa isi kotak itu,

Sambil berfikir,
Siapa seseorang yang mengirimiku sebuah hadiah?
Lalu terbesit dalam benakku,

Pasti kamu.

Dan ternyata benar,
Kau memberiku hadiah,

Sebuah hadiah yang benar benar aku inginkan,

Aku tak memintanya kepada siapapun,
Tapi kamu mengerti aku ingin itu,

Aku suka menulis,
Menulis tentangmu,
Dan aku butuh tempat untuk menuangkannya,
Lalu, kau memberiku tempat itu. 

Sambil berpesan,
"Tulis sebanyak mungkin tentangku"

Sudah pasti.

Semua tulisanku tertuju padamu,

Seseorang yg kukagumi tanpa pernah kembali.

Kau harus tau,
Sesuatu yg ku beri,
Tak pernah ku minta lagi.

Seperti, hatiku.

Kau meminta hatiku,
Aku beri,
Dan sampai kini,
Aku tak ingin itu kembali.

Biarlah menjadi bagianmu,
Agar kau isi,
Di kemudian hari.

Selamat hari Jumat.
Jangan ragu untuk menjabat,

Tanganku,
Bukan tangan nya.

Hehe..

Sampai jumpa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Diary, 31 - Euforia Tentangmu

Haii..  Kita keep dulu cerita lanjutan dari blog sebelumnya yaa, hehe.  Kali ini mau cerita, tentang seseorang yang gua temuin di akhir tahun 2020:) Sama kaya cerita tentang Karid, blog ini bertujuan untuk gua share perasaan gua aja. Bukan berarti gua ngejelek-jelekin dia. Nope. Tapi ini adalah cerita dari sisi gua. Even suatu saat nanti dia bisa aja cerita ttg ini di tempat lain, jadi kalian bisa liat dari kedua sisi. Ya kalo nanti ada kalimat yg isinya makian mah maklum aja ya namanya juga meluapkan perasaan wkwkw. Dan ini cerita dari sisi gua.  *Btw, anjir bgt ga si gua tuh udh ngetik ini panjang x lebar. Udh kelar malahan. EH MALAH GA KE SAVE:) ^_ Namanya gua samarin aja yaa, gua biasa manggil dia "Way" . Jadi kita panggil dia Way disini.  Awalnya kenal karna dia ini cowonya temen gua, jadi gua punya temen temen maen dari kecil di gangan. Ada Desy, Indah, Vira, Indri, Mega, Irda, Ara, Disti, Sakila. Nah dia ini cowonya temen gua Vira.  Posisi awalnya itu dulu, tahun 2020

Diary, 28 - Menjadi Diri Sendiri

Haruskah ku jadi orang berbeda, Hanya untuk membuat dirimu bahagia? Jangan lakukan. Hatiku bisa tertekan. (Percaya Aku - Chintya Gabriela) 🥀🥀🥀 Beberapa minggu berjalan dengan baik, hubungan yang dijaga begitu apik. Namun, apa iya ini yang selama ini dicari? Pertanyaan itu melintas di pikiranku, berkelana mencari jawaban. Apa harus seperti ini? Saat bersamamu, aku tak merasa seperti diriku. Apa yang kusuka, tak kau suka. Apa yang kuharap, tak kau harap. Kita berbeda. Tapi, bukankah cinta yang menyatukan perbedaan? Cinta. Apa cinta itu ada diantara kita? Apa aku pantas menerima cintamu? Apa aku harus memberikan cintaku? Apa, begitu? Kasih, beri aku petunjuk. Aku tak mengerti mengapa rasanya begini, ingin rasanya berbagi cerita namun aku takut kamu tak suka. Pernah sekali aku bercerita, dan kau menjawab "Tidak usah dibahas." Lalu aku bertanya tanya di dalam hati, apa kamu tidak suka ceritaku? Apa kamu membenciku? Apa kamu risih denganku? A

Diary, 34 - The Ending Vol.2

  Wkwkwkwk, lanjuttt. Gua fikir kan emang ceritanya kaya cerita² di wattpad gitu kann, tp ternyata ngga ya. Malem itu lu akhirnya ngasih jarak diantara kita dgn lu jawab kalo lu ga ada perasaan sedikitpun buat gua. It's ok walaupun hati gua ga begitu ok dengernya wkwk. Jadi, malem itu gua memutuskan buat berhenti sampe situ aja krn memang ternyata kita gabisa bareng. Gua terlalu berharap banyak dr kisah suram antara kita bertiga ini Way, hehe. Jadi, malem itu gua udh ambil keputusan utk jauhin lu aja. Dan balik spt Ica biasanya di 6 bulan terakhir pada saat itu. Dan ending dr cerita lu sama dia pun, ga selesai malem itu juga. Jadi harus butuh waktu lebih lama buat nyelesaiin semuanya sampe bener bener clear. So, kemungkinan nya ya sangat sedikit buat gua masuk disana. Malem itu, di tengah² kota dan ditemenin rintik² hujan turun, kita bertiga kalut sama emosi masing masing. Jujur, ego gua tinggi bgt dan pengen bgt sekali aja denger lu ngebela gua didepan dia. Tp yaudah terima aja ap