Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Diary, 17 - Seseorang Di Dekatnya

Kupikir ia masih sendirian. Ternyata hatinya sudah beriringan. Kupikir aku akan menjadi tuan putri nya, Ternyata hanya dijadikan tempat bertanya. πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€ Patah hati tidak memilih siapa targetnya. Patah hati jatuh pada siapapun yang hatinya bisa dipatahkan. Seperti aku. Semalam kulihat kau online, Berkelana di media sosial Instagram, Meng- upload 2 foto beserta caption penunjang. "Jika ada masalah, yang di putus masalah nya. Bukan hubungannya." Katamu, dalam caption itu. Kuharap kau baik baik saja, Seperti aku sekarang, Ah, apa iya aku baik baik saja? Oke lupakan. Ada ber kalimat kalimat yang kau katakan dalam foto itu, yang sangat menunjukkan bahwa kau begitu terluka dan kecewa. Kasih, aku disini. Siap menjadi seseorang yang kau butuhkan untuk meluapkan keluh kesah. Aku disini, menunggu kau mengabariku. Seperti kau sebelumnya. Sepertinya, kebahagiaan memang tidak berpihak pada kita berdua. Kau sangat sibuk mencintainya. Sedangkan aku? Mendamba h

Diary, 16 - Hari Yang Sangat Membahagiakan

"Sepenuhnya ku menyadari bahwa cinta itu tak mesti harus memiliki. Namun ku akan terus selalu menyayangimu setulusnya hati ini." - Vagetos ❁❁❁ Jakarta Utara, Kamis, 24 Oktober 2019. 'Tuhan ku cinta dia, ku ingin bersamanya, ku ingin habiskan nafas ini berdua dengannya.' -Andmesh Sebenernya udah beberapa kali ngerasain bahagia yang kaya gini. Cuma ini kayanya bener bener gabisa gua lupa sih wkwkw. Setelah sekian lama ga ketemu, terakhir ketemu di 13 Juni, 4 bulan yang lalu. Hari Kamis ini menjadi hari paling membahagiakan sih di bulan ini, padahal di hari itu gua sedikit bete. Bete sama kenyataan bahwa gua pada akhirnya tetap berjuang sendirian. Hari itu gua bertugas nganterin surat undangan untuk sekolah sekolah yang ada di Priok. Salah satunya Yayasan Al Jihad, yang menangkup SMA Al Jihad, SMK Al Jihad, dan MA Al Jihad. Jadi, gua kesana dengan niat mau ketemu kak Panji, karna dia adalah salah satu guru di SMK Al Jihad. Well, gua butuh dia banget

Diary, 15 - Teruntuk Rekanita Seperjuangan

Setiap hal yang kita lakukan, memiliki makna dan tujuan. Apapun langkahnya, seperti apapun upayanya, sekuat apapun tenaganya. Kita satu badan. Yaitu sebuah Ikatan. Tulisan ini saya khususkan untuk Rekanita Seperjuangan IPPNU di Jakarta Utara. Selamat menikmati, dan semoga lukamu terobati. 🌈🌈 Rekanita, yang saat ini kalian rasakan itu pernah saya rasakan juga. Pernah menangis di sela sela malam? Pernah mencinta lalu terluka? Pernah ada masalah di keluarga? Dikekang orangtua untuk tidak keluar malam? Pernah menjadi bucin dan berharap diberi cincin? Pernah berada di masa ongkos tidak ada? :D Semua yang barusan saya sebutkan, pernah saya rasakan. Bahkan beberapa masih saya rasakan.  Tapi, Apakah itu semua harus menghambat perjuangan kita?  Apakah karna kau menangis tiap malam, membuatmu dengan mudah berhenti berjuang?  Apa hanya karna patah hati membuatmu ingin cepat cepat berhenti? Apakah konflik keluarga menjadi alasanmu tidak mau bersuara?  Apa tidak ada ongkos menghalangi

Diary, 14 - Seharusnya Seperti Apa?

Sebenernya, gua gapernah ngerti gimana perasaan dan pikiran seorang cowok. Apakah emang mereka itu bodoh? Atau sebenernya pinter tapi di bodoh bodohin? Yang jelas pengen gua tanyain adalah, kenapa cowok itu selalu labil dan gajelas? Kenapa hobby banget ngegantung perasaan orang? Seneng banget ga ngasih kepastian? Setelah hampir 1 tahun dia menghilangπŸ˜‚ hapus nomor whatsapp gua dan ga berkabar sama sekali. Tibatiba dia dateng lewat instagram dan langsung to the point kaya begitu. Ambyarrrrrrrrr hati dede bangggg! Heran. Pertama kali dapet notifikasi dari dia, ini hati gatau kenapa gedebak gedebuk. Bergoncang membalas sejuta kerinduan. Ditambah chat nya yang emang udah pasti bikin hati tambah ambyar dan jingkrak jingkrak gajelas. Bahkan gua masi inget gimana seneng nya muka gua pas dapet chat dari dia. Dan lagi lagi? Dia ngasi harapan palsu. Cuma ngajak doang, jadi mah kaga. Haha. Sampe di menit dimana dia jawab "Kebiasaan" ketika gua bilang kalo gua

Diary, 13 - Tentang Hari Ini

So far so good. Untuk yang berharap ini konten quotes baper baper, mending gausah baca. Soalnya ini cuma coretan coretan kegajelasan yang sedang gua alami. Oke. Let's begin.. Etss.. Jangan lupa setel lagu nya Last Child yang Diary Depresiku. Oke. Cekidot. - Ya, cerita diawali di 3 atau 4 hari yang lalu. Dimana gua sedikit ada problem dirumah, sama nyokap dan bokap gua. Seperti biasa, terjadi ketegangan yang membuat orang orang bertindak tidak seperti biasanya. Terjadi pada saya dan mama. Lalu, Kemudian, Ayah saya berbicara beberapa kalimat. Dan kemudian, saya menangis. Yak, karna gua malu dengan kecengengan gua itu, akhirnya gua memutuskan untuk pergi ke nene gua. Iya pelarian. Lalu akhirnya menumpahkan segala air yang sudah tertahan ini. Gua masih dengan ke tidak pede an terhadap kecengengan gua ini, gua masih nangis kejer tanpa ngeluarin suara. Karna takut nene gua denger. Hwhw.. Trus gua diem sejenak. Nemu kaca di pojokan, Gua ambil, D

Diary, 12 - Kisah Seseorang

Sebenarnya, dalam diri beberapa orang yang kalian temui. Seceria apapun ia di depan kalian, sebahagia apapun raut wajahnya, pasti ada duka mendalam yang sedang ia coba tutupi. Karna pada dasarnya, orang lain tidak membutuhkan keluh kesahnya untuk dibagi. Tapi orang lain perlu semangatnya untuk bangkit dan berdiri.  Untuk yang pernah memendam begitu dalam, segala keluh kesah dan sanggah. Dan menutupi nya agar orang lain tak melihat. Tentu kalian pasti pernah. Menjadi seseorang yang begitu rapuh, berharap mati saja hari ini. Ditimpa berjuta juta masalah. Bertubi tubi datangnya. Sampai untuk bernafas pun kalian tak sanggup. Ingin sekali rasanya bercerita pada orang lain, lalu orang itu mengerti dan memahami. Kemudian memberi solusi. Dan masalah? Selesai sudah. Tapi, apakah seperti itu? Tentu tidak! Tak semua orang mampu mengerti dan memahami apa yang kita rasa. Sebagian dari mereka hanya menjadi pendengar. Walaupun ada sebagian yang mend

Diary, 11 - Saatnya Kembali?

Jika kau butuh telinga tuk mendengar, Bahu tuk bersandar, Raga tuk berlindung. Pasti kau temukan aku di garis terdepan, Bertepuk dengan sebelah tangan. -Garis Terdepan (Fiersa Besari)  Terkadang, aku tak begitu mengerti mengapa kau datang dengan tibatiba. Dan pergi dengan tergesa gesa. Aku tak begitu mengerti, mengapa saat kau menyapa "HAI" aku dengan mantap menjawab "HAI JUGA". Aku juga tak begitu mengerti, mengapa sebegitu dalam nya aku percaya pada kata katamu yang sudah jelas kutahu itu bohong. Perihal aku yang bodoh? Atau, aku yang begitu mencintaimu sampai namamu terukir indah di sanubari ku? Kasih, Sore tadi kau menyapaku Hai, Mengajakku pergi bersama, Menyusuri malam yang dingin, Dengan dinding yang kau bawa agar aku tak menembus batasmu. Kau bercerita, lagi. Mengenai Ia yang kau cinta. Bercerita, bagaimana akhirnya kau dan dia berpisah.  Hal yang membuatmu tak bisa berfikir jernih, dan rasanya ingin m

Diary, 10 - Biarkan Tersirat

Sudah kubilang, sesuatu yang seharusnya tersirat biarkan saja seperti itu. Tak perlu kau buat menjadi tersurat, Karna, Aku tak mau lagi lagi kau mencintai seseorang yang tak mencintai mu, Maka biarkan saja perasaan itu tetap tersimpan tanpa pernah ingin kau sampaikan. Kata kata memang tak banyak mengetuk hati orang. Tapi aku tahu, untukmu kata kata itu sangat berharga. Agar kau tau, dia menyukai mu atau tidak, bukan? Tapi tetap saja, Jangan kau sampaikan rasa itu. Biarkan saja menetap tanpa terucap.  Nanti seandainya sudah terucap, dan ternyata ia tak membalas. Yang sakit hati bukan dia, tapi kau. Belajarlah dari pengalaman, tak semua orang menyukai kejujuran. Walaupun mereka juga tak ingin dibohongi. Tapi mendengar sebuah kejujuran mengenai hati seseorang, tak semua bisa menerima.  Termasuk dia yang kau cinta. Walaupun wajahmu terbayang tepat sebelum ia tidur. Tak membuatmu menjadi putri saat kau mencoba menyatakan perasaan mu padanya. Biark

Diary, 09 - Lalu Menyadari

Purwakarta, 14 Juni 2019. 19.01 Belajarlah berjalan lagi, Walau langkahmu ragu. Belajarlah percaya lagi, Kau tak pernah sendiri. -Fiersa Besari on Epilog's Song 🎐🎐🎐 Setelah teringat beberapa kali, Kenangan yg tak bisa kukendali, Tak sadar bahwa, Aku mulai menyadari. Bahwa selama ini, Aku tak mencintai tanpa dicintai, Aku tak berjuang sendiri dalam hubungan ini, Kau, Membalasku. Membalas cintaku. Hanya saja, Aku tak menyadarinya. Dan baru kini aku tahu, Bahwa selama ini pun, Ada orang yang mencintaiku. Terlihat saat kau merindukanku di twitter, Terasa saat kau memberiku hadiah ulang tahun, Terbaca saat kau mengirimku pesan yg menyatakan kau merindukanku. Kasih, Kau memberiku alasan, Yang harusnya tak pernah aku rasakan. Aku ragu saat dulu kau mencampakkanku, Aku hilang arah saat dulu kau memperparah, Dan aku kehilangan hatiku saat kau mengambil itu. Saat aku masih menyimpan buku darimu, Kau pun masih

Diary, 08 - Kemudian Teringat

Sempat berfikir bahwa aku memang benar benar mencintai tanpa dicintai. Merasa bahwa hanya aku yang berjuang dalam hubungan ini. Dan kemudian, teringat.. Bahwa kamu, Sesekali membuatku tersenyum. Dengan sedikit yang kau tahu, Namun berharga untukku.. Untuk itu, Mari membicarakan nya.. 🌻🌻🌻 Jum'at, 14 Juni 2019. 10.43 wib. Pagiku terlihat begitu cerah hari ini, Kereta melaju begitu lambat ke Purwakarta. Aku ingin menikmati matahari pagi, Namun sayangnya, Langit sedang bersedih saat ini. Mungkin ia menantimu.. Mungkin.. Ingin sedikit bercerita,  Sejujurnya aku tak pernah naik kereta, Kereta pulang kampung loh, Rasanya ya berbeda. Sedikit mengingatkanku akan dirimu, Dimana aku begitu sering naik kereta Commuter, Merasa nyaman, Sedangkan saat menaiki kereta ini, Bokongku lemas, Pegal ternyata,  Hehe.. Berbeda. Tapi, Sama. Bagaimana ya menjelaskan nya? Ah, kalian simpulkan s

Diary, 07 - Salah siapa?

Pernah membayangkan sesuatu? Contohnya, Kalian berada di tengah tengah keluarga yang tidak lagi harmonis? Berharap mati saja hari ini. Atau, ingin pergi tanpa pernah kembali. 2 kata itu selalu terngiang di kepalaku yang penuh kepalsuan ini. Keadaan ibu dan ayah membuatku beberapa kali berpikir,  Bahwa, Untuk apa aku kalian lahirkan? Jika hanya cacian yang kalian lontarkan.  Pagi ku tak pernah lagi seindah dulu, Senyum ku kini terurai sendu, Yang aku tahu, Ayah ingin berkata rindu, Saat ibu mulai merasa itu abu abu. Saat dihadapi dengan 2 pilihan, Dan kau harus memilih diantaranya, Pilih mana? Mati saja hari ini, Atau, Pergi jauh tak perlu kembali? Ketika kekasihmu lebih sering membuatmu menangis diam diam, kemudian kau pingsan. Aku hanya bisa tertawa, karna sedihku jelas lebih terasa. Dan, Aku juga belum pernah pingsan. H3h3.. Lari dari masalah bukan type ku. Menghadapi dengan terang terangan

Diary, 06 - Overcome Our Past

Apa kamu masih ingat? Saat saat kamu mencoba mengetuk pintu hati ku. Memohon agar aku membukanya, mengizinkan mu masuk. Kemudian.. Untuk pertama kalinya, Hati kita bertemu. Kamu memandangku, Aku membalas dengan senyuman paling indah yang aku punya. Lalu entah kenapa, Aku lupa. Bahwa itu, sudah bertahun tahun lamanya. Dan kini, kamu tak lagi ada di depan pintu rumahku. Kamu pergi, Hilang, Dan menjauh. Masih terngiang caramu memandangku. Menatap dalam manik mataku. Aku gugup. Menatap selain matamu, Mencari celah agar aku bisa menikmati senyummu lebih lama lagi. Sampai saat ini, memandangmu diam diam adalah kebiasaan yang paling aku sukai. πŸ₯€πŸ₯€ Siang itu, kau mengajakku pergi bersama. Tapi sayangnya, pesanmu kubalas 1 jam setelahnya, Kamu pergi, tanpa menunggu balasanku. Saat aku membalas, kau memintaku menyusul. Kemana? Kataku, Perpustakaan Nasional. Tempat pertama kali kau mengajakku berkencan. Ah, aku malu. Siang i